Ketika Popularitas Tak Bisa Membeli Ketenangan
Refleksi dari sebuah podcast — tentang bagaimana kesuksesan dunia ternyata tak selalu membawa ketenangan, dan bagaimana iman menjadi satu-satunya jalan pulang.

"Dunia mungkin bisa memberi segalanya. Tapi tidak untuk satu hal: ketenangan hati."
Beberapa waktu lalu, saya menonton sebuah podcast yang membahas kehidupan seorang tokoh publik yang sangat terkenal.
Percakapannya menarik — penuh energi, jujur, dan secara tidak langsung membuka sisi lain dari kehidupan yang sering kali hanya kita lihat dari permukaannya saja.
Saya pribadi kagum dengan banyak aspek dari narasumber tersebut. Karyanya luar biasa, ia terlihat sangat peduli terhadap orang-orang di sekitarnya — terutama dalam lingkup kerja.
Itu mencerminkan kepribadian yang baik dan tulus.
Namun ada satu bagian yang membuat saya diam dan merenung dalam.
Di tengah semua pencapaian dan ketenaran yang ia miliki, ia bercerita tentang kecemasan yang berkepanjangan, kesulitan tidur, dan pergolakan batin yang tidak mudah.
Hingga di suatu titik, ketika hidupnya benar-benar terpuruk, ia meminta asistennya untuk memimpin doa — meskipun ia sendiri mengaku tidak percaya kepada Tuhan.
Yang ia bisa ucapkan hanya, “Terima kasih, Universe…”
Kalimat itu jujur, dan bagi saya sangat menggetarkan.
Bukan karena saya ingin menghakimi. Tidak.
Tapi karena saya tahu — itulah suara fitrah yang sedang mencari arah.
Ketenangan Itu Bukan di Ujung Karir, Tapi di Ujung Sujud
Apa yang sebenarnya dikejar manusia dalam hidup ini?
Harta? Sudah.
Ketenaran? Sudah.
Kebanggaan dan pengaruh? Sudah.
Tapi mengapa hati masih gelisah?
Jawabannya sederhana:
Karena ketenangan bukan hasil pencapaian, tetapi buah dari hubungan dengan Allah.
Allah ﷻ berfirman:
"Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram." (QS. Ar-Ra’d: 28)
Dan Allah juga berjanji:
"Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti Kami akan berikan kepadanya kehidupan yang baik…" (QS. An-Nahl: 97)
Refleksi Bagi Kita Semua
Sebagai manusia biasa, kita mudah terkagum pada kehidupan orang-orang yang viral dan sukses di mata dunia. Kita kira, mereka sudah berada di puncak segala hal.
Padahal bisa jadi — justru mereka yang sedang paling kehilangan arah.
Sementara di sisi lain, ada orang-orang sederhana, jauh dari sorotan… tapi hatinya lapang dan jiwanya tenang.
Mengapa?
Karena mereka memiliki hubungan yang jujur dengan Penciptanya.
Kaya atau Tidak, Terkenal atau Biasa — Semua Bisa Tenang, Jika Dekat dengan Allah
Saya teringat para Nabi, para sahabat, para ulama, dan orang-orang sholeh yang hidup dalam beragam kondisi: ada yang kaya, ada yang fakir; ada yang dikenal luas, ada yang tak pernah disebut namanya.
Namun satu yang sama: ketenangan mereka nyata.
Karena ketenangan itu bukan datang dari luar — tapi dari dalam.
Dan iman adalah sumbernya.
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Sungguh menakjubkan urusan orang beriman. Semua urusannya adalah baik baginya. Jika ia mendapat kesenangan, ia bersyukur, dan itu baik baginya. Jika ia tertimpa kesusahan, ia bersabar, dan itu pun baik baginya.” (HR. Muslim)
Saya menulis ini bukan untuk menggurui siapa pun.
Saya hanya ingin mengingatkan diri saya sendiri… bahwa:
“Ternyata kita tidak perlu banyak hal untuk merasa cukup. Kita hanya perlu yakin bahwa Allah selalu cukup.”
Jangan iri pada mereka yang tampaknya punya segalanya.
Bisa jadi, mereka justru iri pada kita yang masih bisa menangis dalam sujud.
Semoga Allah beri kita ketenangan yang tidak tergantung pada dunia,
dan kekuatan untuk terus bergantung kepada-Nya.
Sebaik-baik penolong, hanyalah Allah.